Selasa, 20 Maret 2012

REPRESENTASI PENGETAHUAN SECARA VISUAL


Folded Corner: Perumpamaan atau pembayangan mental adalah substitusi yang ‎menakjubkan bagi persepsi yang sesungguhnya … perumpamaan ‎mental telah disatukan kedalam system perceptual kita melalui ‎proses evaluasi selama jutaan tahun dalam dunia tiga dimensi ‎ini..‎
‎-‎ Roger N. shepard
                    



Persepektif Historis
            Ada tiga era historis pada sejarah perumpamaan mental:
1.      Era fisiologis yaitu bayangan mental itu dipandang sebagai bahan baku utama dalam pembentukan pikiran dan dipercaya sebagai elemen-elemen pemikiran.
2.      Era pengukuran perumpaan mental yakni resposden terhadap objek
3.      Era kognitif
Teori-teori representasi pengetahuan secara visual
            Studi terhadap representasi pengetahuan secara visual dapat memunculkan pertanyaan mengenai informasi visual disimpan dan diambil dari memori. Artinya informasi visual disandikan sebagai suatu gambar internal yang dapat diaktifkan kembali dengan memanggil gambar tersebut, seperti ketika mengamati sebuah album foto. Sampai pada saat ini masih timbul perdebatan mengenai perempumaan visual apakah sungguh bersifat visual ataukah dikendalikan oleh proses-proses kognitif yang bertujuan umum.
            Teori-teori terkini mengenai perumpamaan mental berfokus pada tiga hipotesis sentral:
1.      Hipotesis penyandian ganda( dual-coding hypothesis), yakni hipotesis mengenai keberadaan dua sandi dan dua system penyimpanan-sandi dan siitem penyimpanan pertama bersifat khayalan (imaginal) dan yang lainnya bersifat verbal. Hipotesis ini menyatakan bahwa informasi dapt disandikan dan disimpan secara imajinal dan verbal atau keduanya, dalam karya Paivo.
2.      Hipotesis proposional-konseptual (conceptual-propositional hypotesis), yakni informasi visual dan verbal direpresentasikan dalam bentuk proposisi-proposisi abstrak mengenai onjek-objek beserta hubungannya. Di dapat dalam karya Anderson,  Bower dan pylyshyn.
3.      Hipotesis ekuvalensi-fungsional ( functional-equivalency hypothesis), yakni mengajukan gagasan bahwa imagery dan persepsi mengakibatkan proses-proses yang serupa. Dan didapati dalam karya Shepad dan Kosslyn.
Akhirnya pada tahun 1968 Shepard dan Chipman pada tahun 1970 mengenalkan istilah isomorfisme urutan kedua (second-order isomorphism) untuk mempresentasikan hubungan antara objek-objek eksternal dan representasi internal dari objek-objek yang tidak termasuk jenis isomorfik (isomorfisme adalah konsep psikologi Gestalt yang menyatakan bahwa bentuk atau wujud stimuli akan menimbulkan peta gambaran yang serupa dengan stimuli aslinya di medan rangsangan korteks tapi peta itu lebih merupakan representasi simbolik dan bukan merupakan salinan yang sama persis dengan stimuli aslinya).
Dukungan Neurosain Kognitif
            Dalam ekperimen shepard, sejumlah peneliti menyajikan bukti neurologis yang mendukung rotasi mental. Seperti penelitian pada hewan kera yang bertujuan menyelidiki proses yang terjadi di korteks, yang diinterprestasikan para peneliti sebagai rotasi mental. Akhirnya berdasarkan penillitian shepard dkk serta berdasarkan penemuan neurosains kgnitif terbentuklah sebuah asumsi kuat yang mendukung keberadaan bayangan atau gambaran dalam pikiran yang secara fungsional idektik dengan dunia nyata.
            Sedangkan Kosslyn berpendapat bahwa sebuah gambar mental memiliki kemiripan dengan persepsi suatu objek yang riil yang asumsinya sebuah gambaran memliki karakteristik spasial yang dapat dipindai dan sitem kognitif memerlukan waktu yang lama utuk jarak yang jauh dibandingkan jarak yang dekat.
            Jika ekperimen-eksperimen Kosslyn dan Shepard disatukan kesimpulannya adalah mengidentifikasikan bahwa bayangan visual mencerminkan representasi internal yang bekerja secara isomorfik terhadap fungsi persepsi objek fisik. Dan dapat di simpulkan bahwa perumpamaan mental dan persepsi stimulus riil memiliki banyak kesamaan.
PETA KOGNITIF
Kemampuan manusia untuk membentuk imagery adalah sebuah karakteristik kuat memori, kemampuan tersebut juga penting dalam kehidupan kita sehari – hari, saat kita bekerja dan bergerak dalam lingkungan kita. Manusia menempati lingkungan tiga dimensi yang juga dialami makhluk – makhluk bumi lainnya (kecuali, dalam batas batas tertentu, burung dan ikan) sehingga demi kelangsungan hidupnya, manusia harus mampu menggunakan imagery untuk menjelajahi dunia spasialnya dan menghindari bahaya. Tolman telah memunculkan konsep peta kognitif (cognitif map), yang mengacu pada pengetahuan spasial umumyang ditunjukkan oleh tikus – tikus dalam labirin.
            Sebuah eksperimen yang dilakukan thorndyke dan hayes – roth (1982) menghasilkan kesimpulan bahwa manusia menggunakan dua jenis pengetahuan spasial, pengetahuan rute (rute knowledge) dan pengetahuan survei (survey knowledge)- dalam upayanya mempelajari dunia fisik. Pengetahuan rute berhubungan dengan jalur – jalur spesifik yang digunakan untuk berpindah dari sutu lokasi ke lokasi lain. Sedangkan pengetahuan survey berkaitan dengan hubungan  - hubungan global antara petunjuk – petunjuk dari lingkungan. Sebuah cara lain yang lebih mudah untuk membentuk pengetahuan survey adalah debgan mempelajari peta.
            Dalam study yang memiliki kaitan dengan studi thorndyke dan hayes-roth, tversky (1981 ; taylor & tversky, 1992) menguji distorsi memory terkait lokasi – lokasi geografis. Dalam karyanya yang menarik tersebut, tversky mengajukan gagasan bahwa distorsi terjadi karena orang – orang menggunakan strategi konseptual untuk mengingat informasi geografis, orang – orang cenderung membentuk prototipe – prototipe saat diminta membayangkan bentuk bentuk geometrik sederhana, dan tampaknya bentuk – bentuk informasi abstrak  yang semakin kompleks juga merupakan bagian dari proses pemetaan kognitif pada manusia.
            Dengan menggunakan asumsi diatas, ndapat dinyatakan bahwa informasi geografis terstruktur dalam memori secara “umum-abstrak” (abstrac generalizations) alih – alih berupa gambar – gambar atau citra – citra spesifik. Pernyataan tersebut akan menyingkirkan pertanyaan sulit mengenai bagaimana  bagaimana kita menyimpan sedemikian banyak informasi dalam memori visual, sebab penyimpanan  (storage) dipadatkan menjadi unit – unit yang lebih besar.
 TAJUK UTAMA NEUROSAINS KOGNITIF
Peta kognitif
Jeffrey Zack, John Mires, barbara tversky, eliot hazeltine, john gabrieli memusatkan penelitian pada dua aspek yang berbeda dari peta kognitif, aspek pertama adalah transformasi spasial yang brpusat pada obyek – obyek, yakni pada saat anda merotasi suatu obyek atau lokasi dalam benak anda, aspek kedua adalah transformasi prespektif egosentris, yang terjadi saat anda merotasi atau menyelaraskan titik pandang anda. Zack dkk. Menemukan bahwa terdapat lokasi – lokasi yang berbeda di otak, yang digunakan untuk memproses kedua jenis rotasi.
SINESTESIA : Suara Yang Dihasilkan Warna
            Sinestesia adalah suatu kondisi ketika sensasi – sensasi dari sebuah modalitas perseptual misalnya penglihatan dialami juga dalam modalitas yang lain seperti pendengaran. Orang dapat mengecap bentuk, meraba bunyi, atau melihat angka atau huruf dalam warna
Sinestasia tampaknya dikendalikan oleh peraturan (rule governed), tidak terjadi secara acak, sebagai contoh, terdapat hubungan positif antara peningkatan pola titik nada (picth) suatu suara dan peningkatan kecemerlangan.
Terdapat data – data yang meyakinkan yang mengindikasikan bahwa banyak orang mengalami sinestesia yang didalamnya citra – citra visual, suara – suara dan pengalaman sensorik lainnya saling jalin menjalin, lebih lanjut lagi, sinestesia dapat diukur  dan pernyataan – pernyataan yang shohih dapat dibuat berdasarkan pengukuran – pengukuran tersebut. Terdapat pula data – data yang menunjukkan bahwa beberapa orang memiliki sinestesia yang tidak wajar.
Seiring semakin canggihnya tehnologi pendeteksian aktivitas – aktivitas otak, studi – studi mengenai sinestesia akan mampu mengindentifikasi sumber dan isu hakikat sinestesia. Vilayanur Ramachandran dari brain and perception laboratory (UC San Diego), mengatakan “ otak manusia normal “disetel” (secara genetis) sedemikian rupa sehingga konsep – konsep, persepsi – persepsi dan nama – nama obyek secara rutin saling terhubung satu sama lain, sehingga memunculkan metafora – metafora yang digunakan bersama secara luas.
Dirangkum dan disusun oleh : M. Hasyim Arifin (2009.69.11.0003)
                                                 Soliha (2009.69.11.0014)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar